Jumat, 22 Juli 2016

BERIKUT ADALAH PERSYARATAN UMUM DAN KHUSUS SELEKSI CPNS DAN ALOKASI JUMLAH FORMASI CPNS 2016

Selamat beraktifitas kami sampaikan kepada rekan-rekan sekalian. Terkait akan diadakannya seleksi CPNS oleh Pemerintah pada tahun 2016 ini, kami dari situsguruindonesia.com akan memberikan informasi mengenai persyaratan umum dan khusus dalam mengikuti seleksi CPNS yang akan diadakan oleh Pemerintah. Berikut informasi selengkapnya.


Informasi Umum CPNS 2016

Meskipun saat ini pemerintah sedang melakukan moratorium CPNS, namun pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PANRB) memastikan tetap akan melakukan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Negara (CPNS) dan tes seleksi pun akan lebih selektif jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

  • Berikut adalah 4 kelompok SDM yang akan direkrut dalam Penerimaan CPNS tahun ini:
  1. Untuk Program wajib yang meliputi kesehatan, pendidikan, (Guru dan Dosen), dan penanggulangan kemiskinan.
  2. Program prioritas yaitu pembangunan infrastruktur, pembangunan poros maritim, pembangunan ketahanan energi dan pembangunan ketahanan pangan.
  3. Tenaga penegak hukum
  4. SDM untuk program dukungan reformasi birokrasi.
  • Penerimaan CPNS tahun 2016 adalah mengutamakan formasi yang mendukung program nawacita.
  • Alokasi formasi CPNS 2016 adalah sebanyak 81.000 formasi dengan alokasi sebagai berikut:
  1. 11.000 formasi diperuntukkan untuk putra-putri terbaik sekolah ikatan dinas pemerintah
  2. 43.000 formasi untuk tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, bidan dll.
  3. 3.000 formasi untuk CPNS guru yang menyandang gelar sarjana dan berada di pulau-pulau terluar dan tertinggal (garis depan)
  4. 2.000 formasi pengangkatan guru honorer menjadi PNS di garis depan.
  5. 22.000 formasi untuk di bagi-bagi ke instansi atau pada bidang yang membutuhkan.
  • Pengumuman pendaftaran CPNS direncanakan pada bulan Juli sedangkan pelaksanaan tes direncanakan diselenggarakan pada bulan Agustus 2016
  • Pendaftaran CPNS dilakukan secara online
  • Setiap pelamar diperkenankan untuk melamar satu formasi saja
  • Tes menggunakan sistem CAT CPNS dan kelulusan berdasarkan passing grade cpns
  • Untuk mengikuti seluruh seleksi CPNS, para peserta tes TIDAK DIPUNGUT BIAYA apapun. 
    Persyaratan Umum CPNS 2016

  1. usia paling rendah 18 (delapan belas) tahun dan paling tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat melamar;
  2. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
  3. tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai PNS, prajurit Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
  • tidak berkedudukan sebagai calon PNS, PNS, prajurit Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;
  • tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik atau terlibat politik praktis;
  • memiliki kualifikasi pendidikan sesuai dengan persyaratan Jabatan;
  • sehat jasmani dan rohani sesuai dengan persyaratan Jabatan yang dilamar;
  • bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh Instansi Pemerintah
    1.  Persyaratan Khusus CPNS 2016

    Persyaratan khusus adalah persyaratan tambahan lainnya yang diberikan oleh masing masing instansi pemerintahan baik pusat ataupun daerah sesuai kebutuhan jabatan. Persyaratan khusus antara instansi satu dengan instansi lainnya akan berbeda. Beberapa Persyaratan khusus yang biasa dipersyaratkan kepada pelamar diantaranya adalah:

    • Lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia yang program studinya terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
    • TOEFL/TOEFL Prediction dari Lembaga Bahasa Perguruan Tinggi Negeri atau UPT Bahasa Perguruan Tinggi Negeri atau lembaga pendidikan Bahasa Inggris terakreditasi dengan nilai minimal 450

    Perihal batas usia dapat dikecualikan bagi Jabatan tertentu, yaitu paling tinggi 40 (empat puluh) tahun. Jabatan tertentu tersebut ditetapkan oleh Presiden.

      Tata Cara Pendaftaran CPNS 2016
    • Pelamar wajib memiliki alamat email yang aktif untuk bisa melakukan pendaftaran cpns.
    • Pelamar wajib melakukan pendaftaran/registrasi secara online terlebih dahulu di portal nasional dengan alamat https://panselnas.menpan.go.id (alamat website bisa diakses setelah pengumuman resmi dibuka). dengan memasukkan NIK (Nomor Induk Kependudukan), nama, tempat lahir, tanggal lahir, alamat email dan password serta pilihan intansi yang dituju (pastikan bahwa instansi yang dituju adalah pilihan terbaik anda, karena setiap pelamar hanya diperkenankan mendaftar pada satu instansi).
    Persyaratan ini adalah merupakan persyaratan yang mengacu kepada persyaratan cpns tahun 2014 sebagai gambaran anda untuk bisa mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebagai persyaratan CPNS. Persyaratan cpns terbaru akan diumumkan bersamaan pengumuman pendaftaran CPNS sekitar bulan Juli oleh menpan.go.id dan bkn.go.id pada saat pengumuman cpns diumumkan
    Demikian informasi yang kami sampaikan terkait Persyaratan umum dan khusus dalam seleksi CPNS seperti yang kami lansir dari asncpns.com. Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan terima kasih.
    Untuk mendapatkan update informasi tentang CPNS atau informasi lainnya silahkan rekan-rekan LIKE Fanspage Facebook kami.

    Jumat, 06 Mei 2016

    Mulai 2017, Dana Pensiun PNS Akan Dibayarkan Sekaligus Hingga 1,5 M


    Berita mengenai perubahan pembayaran gaji bagi pensiunan PNS yang biasanya dibayar tiap bulannya dan akan dibayarkan sekaligus, kini ramai lagi diperbincangkan. Pembayaran dana pensiun tersebut hingga sebesar Rp1,5 Milyar tergantung golongan yang akan berlaku mulai tahun 2017 nanti. Jadi bagi bapak/ibu PNS yang akan pensiun di tahun 2017, sebaiknya persiapkan diri dari sekarang dalam menginvestasikan uang tersebut agar tidak habis sia-sia agar bisa dijadikan sebagai bekal dihari tua.

    Berdasarkan penerapan UU mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN), ternyata membawa dampak diberbagai bidang, salah satunya yaitu Pola Diklat Prajabatan CPNS, perubahan nama PNS menjadi ASN dan tentunya gaji pensiun yang diganti dengan pesangon.

    Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), maka per 1 April 2015 pegawai negeri tidak bisa lagi bekerja seenaknya. Statusnya juga akan berubah, yaitu dari PNS menjadi ASN. Di sisi lain, selain nama dan status, pola gaji pensiun juga akan berubah, dari awalnya dibayar setiap bulan, maka sesuai wacana terbaru akan berubah menjadi “sistem pesangon”.

    Daftar pesangon pensiun PNS mulai tahun 2017 sudah beredar meskipun masih wacana. Kebijakan tersebut erat kaitannya dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK 010/2012 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun yang ditetapkan 3 April 2012 lalu. Ketika akan pensiun, maka PNS atau ASN akan mendapat pesangon sesuai golongannya saat masih bekerja.

    Berikut ini adalah daftar pesangon pensiun PNS mulai tahun 2017:

    1 PNS golongan I dan II mendapat pesangon sebesar Rp 500 juta
    2 PNS golongan III Rp 1 miliar
    3 PNS golongan IV Rp 1,5 miliar.

    Sistem pembayaran pesangon dan daftar pesangon pensiun PNS mulai tahun 2017 ini harus diketahui semua PNS di negeri ini.



    Yuddy Chrisnandi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pernah menjelaskan rencana pembayaran pensiun dan jaminan hari tua tak lagi berasal dari APBN mulai 2017 mendatang. Pembayaran menjadi tanggung jawab pemberi kerja.

    Sejak lama Kementerian Keuangan terbebani anggaran pensiun. Tahun ini tembus Rp 92,4 triliun. Pemerintah belum memutuskan pembayaran pensiun dari pay as you go menjadi fully funded. Masih perlu pematangan dan belum bisa direalisasi pada 2017.

    Dari wacana ini, maka wajar jika banyak PNS akan galau dan mereka dituntut kerja keras, merevolusi mental seperti amanat Presiden Jokowi yang terwujud dalam kebijakan yang dikeluarkan Menpan.

    Selain Gaji Ke-13 Tahun 2016, PNS Juga Dapat Gaji Ke-14 / THR (Tunjangan Hari Raya)

    Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi PNS (Pegawai Negeri Sipil) serta untuk meningkatkan daya beli ataupun untuk meringankan beban biaya pendidikan putra-putri PNS, maka pemerintah pada setiap tahunnya mencairkan gaji ke-13 yang biasanya dicairkan pada waktu akan dimulainya tahun ajaran baru.

    Dan pada tahun 2016 mendatang, pemerintah memastikan akan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawai negeri sipil (PNS) dengan besaran satu kali gaji pokok.

    Dengan demikian, selain mendapatkan gaji ke-13 dan pendapatan setiap bulan, para PNS juga akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR), kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Sabtu (15/8/2015).

    Hal tersebut disampaikan Bambang pada keterangan resmi mengenai Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015.

    Bambang mengatakan dengan diberikannya THR tersebut, penghasilan bersih atau "take home pay" PNS dalam satu tahun akan jauh lebih meningkat dibanding 2015.

    Sebelum kebijakan pemberian THR ini, pemerintah memberlakukan kenaikan gaji PNS yang salah satu indikatornya berdasarkan laju inflasi.

    Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan seiring diberikannya THR kepada PNS ini, pada 2016 pemerintah tidak akan menaikkan gaji pokok PNS.

    Kebijakan meniadakan kenaikan gaji dan menggantinya dengan THR ini, kata Askolani, akan berdampak positif secara jangka panjang terhadap penghasilan yang diterima PNS. Pasalnya, jika masih mengandalkan kenaikan gaji, PNS akan tetap mendapat potongan dari biaya Tunjangan Hari Tua (THT) yang dikelola PT. Taspen.

    Berkaca dari pengalaman, ujar Askolani, dengan kenaikan gaji pokok, kerap terjadi kekurangan dana iuran kepada PT. Taspen. Akibatnya, pemerintah yang menanggung kekurangan dana itu.

    Oleh karena itu, ujar Askolani, dengan ditiadakannya kenaikan gaji pokok ini juga akan membantu mengurangi beban risiko fiskal pemerintah.

    "Misalnya, dalam 5 tahun ada 'unfunded' Rp3 triliun-Rp5 triliun. Itu kita cicil ke Taspen supaya uang pensiunan PNS tidak berkurang. Itulah dampaknya kalau gaji pokok naik," tutur dia.

    Tidak hanya PNS yang masih aktif bekerja, Askolani mengatakan, para PNS yang sudah pensiun pun akan memperoleh THR.

    "Tapi tidak 'full' (penuh), karena kemampuan fiskal terbatas. Karena selama ini pensiun kalau naik tidak setinggi PNS, tapi sudah lumayan buat bantu pensiun juga," ujar dia.

    Dalam RAPBN 2016, pemerintah mengusulkan belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.339 triliun, yang terdiri dari belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp780,4 triliun dan belanja non-K/L sebesar Rp. 558 triliun.

    Literasi Sebagai Budaya Mencerdaskan Bangsa

    digitalwordcloud

    Definisi literasi
    Genre, wacana, literasi, teks, dan konteks, saat ini menjadi bahan perbincangan dikalangan guru.dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan pada zamanya. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis, kini literasi pada zaman sekarang literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigm baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti literasi computer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks.
     Dalam perkembangannya literasi terus berevolusi, makna dan rujukannya semakin meluas dan kompleks. Sedangkan rujukan linguistic dan sastra relative konstan. Literasi memiliki tujuh dimensi yang berurusan dengan penggunaan bahasa.
    1. Dimensi geografis meliputi daerah lokal, nasional, regional, dan internasional. Literasi ini bergantung pada tingkat pendidikan dan jejaring sosial.
    2. Dimensi bidang meliputi pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer, dan lain sebagainya. Literasi ini mencirikan tingkat kualitas bangsa dibidang pendidikan, komunikasi, militer, dan lain sebagainya.
    3. Dimensi ketrampilan meliputi membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Literasi ini bersifat individu dilihat dari tampaknya kegiatan membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Dalam teradisi orang barat, ada tiga ketrampilan 3R yang lazim diutamakan seperti reading, writing, dan arithmetic.
    4. Dimensi fungsi, literasi untuk memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, dan mengembangkan potensi diri.
    5. Dimensi media, (teks, cetak, visual, digital) sesuai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, begitu juga teknologi dalam media literasi.
    6. Dimensi jumlah, kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikanyang berkualitas tinggi. literasi seperti halnya kemampuan berkomunikasi bersifat relative.
    7. Dimensi bahasa, (etnis, lokal, internasional) literasi singular dan plural, hal ini yang nenjadikan monolingual, bilingual, dan multilingual. Ketika seseorang menulias dan berlitersi dengan bahasa derah, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, maka ia disebut seseorang yang multilingual.
    Bicara tentang literasi Multilingual tentu erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa asing. Pengajaran bahasa asing dalam metode dan pendekatannya ada lima kelompok besar,
    1. Pendekatan structural dengan grammar translation methods. Penggunaan bahasa tulis dan penggunaan tata bahasa. Kelemahan dari metode ini, pendekatan ini tidak menjamin siswa mampu menganalisis persoalan sosial, seperti bahasa iklan, dan lain sebagainya.
    2. Pendekatan audiolingual atau denga-ucap, metode ini menggunakan dialog-dialog itu saat berkomunikasi secara spontan. Kelemahan dari metode ini adalah kurangan memberi ruang terhadap variasi ujaran sebagai fungsinya.
    3. Pendekatan kognitif dan transformative, metode iniberorientasi pada pembngkitan potensi berbahasa siswa sesuai kebutuhan lingkungannya.
    4. Pendekatan communicative competence, pengajaran bahasa ini menjadikan siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa target, mulai dari komunikasi terbatas sampai komunikasi spontan atau alami.
    5. Pendekatan literasi atau pendekatan genre-based, tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu menghasilkan wacana yang sesuai konteks komunikasi.
    Budaya Literasi

    Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam arti (multi literacies). Ada bermacammacam keberaksaraan atau literasi , misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.
    Data dari Association For the Educational Achievement (IAEA),  mencatat bahwa pada 1992 Finlandia dan Jepang sudah termasuk negara dengan tingkat membaca tertinggi di dunia. Sementara itu, dari 30 negara, Indonesia masuk pada peringkat dua terbawah.
    Secara Umum ada tiga kategori besar masyarakat Indonesia, yakni praliterasi, literasi dan posliterasi.
    1. Masyarakat praliterasi yang hidup dalam tradisi lisan dan sulit mengakses media seperti buku, TV, internet dan lain-lain. Kalaupun mereka dapat mengakses tetapi tidak bisa mencernanya dengan mudah.
    2. Masyarakat literasi yang memiliki akses terhadap buku, tidak berarti tradisi baca-tulis dapat tumbuh dengan suburu di kalangan ini.
    3. Masyarakat posliterasi yang memiliki akses buku dan teknologi informasi dan audio visual.
    Perbandingannya dengan saat ini barangkali tidak berbeda jauh jika melihat indikator yang ada. Suatu tingkat literasi yang sangat ironis bila kita bercermin pada negara-negara tetangga di ASEAN yang sudah terlebih dulu bangkit dari keterpurukan peradaban.
    Sebuah survey dari program for international students assessment (PISA) dalam pertama kali keikutsertaannya pada tahun 1997 Indonesia survey tentang budaya literasi, Indonesia menempati peringkat 40 dari 41 negara yang berpartisipasi. Selanjutnya pada tahun 2000 dalam survey yang sama Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara partisipan.
    Survey tersebut sudah cukup menjelaskan kurangnya budaya literasi di Indonesia, bahkan kita kalah tingkat literasinya dengan Negara-negara ASEAN yang lain sekalipun Vietnam, Negara yang jauh lebih muda dibandingkan Indonesia.
    Karena itu Penguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan memang menjadi tulung punggung kemajuan peradaban suatu bangsa. Tidak mungkin menjadi bangsa yang besar, apabila hanya mengandalkan budaya oral yang mewarnai pembelajaran di lembaga sekolah maupun perguruan tinggi. Namun disinyalir bahwa tingkat literasi khususnya dikalangan sekolah semakin tidak diminati, hal ini jangan sampai menunjukkan ketidakmampuan dalam mengelola sistem pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itulah sudah saatnya, budaya literasi harus lebih ditanamkan sejak usia dini agar anak bisa mengenal bahan bacaan dan menguasai dunia tulis-menulis.
    Ada sepuluh gagasan kunci tentang literasi yang menunujukkan perubahan pardigma literasi sesuai dengan tantangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini yaitu, ketertiban lembaga-lembaga social, tingkat kefasihan relative, pengembangan potensi diri dan pengetahuan, standar dunia, warga masyarakat demokratis, keragaman local, hubungan global, kewarganegaraan yang efektif, bahasa inggris ragam dunia (multiple Englishes), kemampuan berfikir kritis, dan masyarakat semiotic. Semiotic adalah ilmu tentang tanda, kode, struktur, dan komunikasi. Jadi dengan ke-sepuluh kata kunci ini hal ihwal literasi, seseorang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas membaca dan menulisnya dan mampu menemukan suatu makna dalam teks yang disaring melalui sebuah konteks.
       Dalam pendidikan bahasa yang baik seyogianya dilaksanakan dengan mengikuti tujuh prinsip sebgai berikut:
    1)      literasi adalah kecakapan hidup yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.
    2)      literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun lisan.
    3)      literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
    4)      literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.
    5)      literasi adalah kegiatan refleksi (diri).
    6)      literasi adalah hasil kolaborasi. Berbaca-tulis selalu melibatkan kolaborasi antara dua pihak yang berkomunikasi, sudah dijelaskan pula bahwa berbaca-tulis bak kakak-adik kandung yang tak terpisahkan.
    7)      literasi adalah kegiatan untuk melakukan interpretasi atau penafsiran. Seperti halnya para penafsir Al-Qur’an yang begitu beragam latarbelakangnya, baik dari tafsir Maroghi, tafsir Jalalain, tafsir Munir, dan lain sebagainya. kesemua para masyayikh ini melakukan penginterpretasian secara khusus merujuk pada latar belakang pendidikannya, kalo imam Maroghi dalam menafsirkan Al-qur’an dengan bahasa yang terkini dan modern sehingga kadang membuat para pembaca kitabnya sedikit rumit dengan bahasa yang digunakan oleh beliau dan contoh-contoh lainnya.
     Kesimpulan
    Jadi dapat saya simpulkan bahwa, rekayasa literasi adalah suatu jalan menuju pada suatu perubahan dan peningkatan literasi anak bangsa dengan metode dan teknik pengajaran literasi yang mencerdaskan, dan bahwa dalam pembengkelan bahasa (baca-tulis) dibutuhkan yang namanya keterampilan dimulai dari bahasa ibu, bahasa Indonesia, dan bahasa asing.

    Buku untuk Gerakan Literasi Sekolah

    Foto: Dok. Dikdasmen Kemdikbud
    Manistebu.com | Rencana Kemdikbud meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan salah satu upaya nyata membangun insan dalam ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang andal. GLS mendorong terciptanya lingkungan sekolah yang literat dengan ciri berikut:
    1. menyenangkan dan ramah anak sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar;
    2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
    3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
    4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi pada lingkungan sosialnya;
    5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal (Kemdikbud, 2016)
    Secara khusus ekosistem yang diharapkan pada setiap jenjang seperti tertuang dalam tabel berikut (Kemdikbud, 2016).
    SDEkosistem SD yang literat adalah kondisi yang menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku empati sosial dan cinta kepada pengetahuan.
    SMPEkosistem SMP yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap kreatif, inovatif, perilaku empati sosial, dan cinta kepada pengetahuan.
    SMAEkosistem SMA yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan perilaku kritis dan ilmiah.
    SMKEkosistem SMK yang   literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap kritis, kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha, dan cinta kepada pengetahuan.
    SLBEkosistem SLB yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan perilaku yang baik, berempati sosial, mandiri, dan terampil.

    Dalam acara Munas Ikapi tahun 2015, Menteri Anies Baswedan menyampaikan bahwa oksigen yang menghidupi ekosistem adalah informasi. Dalam hal ini, peran buku sebagai sumber informasi menempatkannya sebagai komponen yang menghidupi ekosistem secara sehat. Jika ditilik lebih lanjut, informasi bersumber dari pohon literasi informasi yang akar dan batangnya adalah literasi dasar.
    Karena itu, posisi membaca dan bahan bacaan menjadi sangat penting. Dari sini kemudian muncul pertanyaan, bahan bacaan apa yang tepat untuk membangun insan literat? Sebelum menjawab hal tersebut mari kita selisik kompetensi literasi yang diharapkan dari GLS.

    Kompetensi Literasi

    Dalam Panduan GLS disebutkan bahwa kemampuan literasi ditumbuhkan secara berkesinambungan pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. Perkembangan teknologi dan media menuntut kemampuan literasi peserta didik yang terintegrasi, dengan fokus kepada aspek kreativitas, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, dan satu hal yang penting adalah kemampuan untuk menggunakan media secara aman (media safety).
    Secara lebih detail, kompetensi tersebut ditunjukkan pada tabel berikut (Kemdikbud, 2016).

    Jenjang
     
    Komunikasi
     
    Berpikir Kritis
    Keamanan Media (Media Safety)
    SD/SDLB awalmengartikulasikan empati terhadap tokoh ceritamemisahkan fakta dan fiksimampu menggunakan teknologi dengan bantuan/pendampingan orang dewasa
    SD/SDLB lanjutmempresentasikan cerita dengan efektifmengetahui jenis tulisan dalam media dan tujuannyamengetahui batasan unsur dan aturan kegiatan sesuai konten
    SMP/SMPLBbekerja dalam tim, mendiskusikan informasi dalam mediamenganalisis dan mengelola informasi dan memahami relevansinyamemahami etika dalam menggunakan teknologi dan media sosial
    SMA/SMK/ SMALBmempresentasikan analisis dan mendiskusikannyamenganalisis stereotip/ ideologi dalam mediamemahami landasan etika dan hukum/aturan teknologi

    Kompetensi berjenjang tersebut dicapai melalui kegiatan yang relevan di tiap satuan pendidikan. Fokus kegiatan di tiap-tiap jenjang perlu melibatkan aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang didukung oleh jenis bacaan dan sarana/prasarana yang sesuai dengan kegiatan di setiap jenjang.
    Berikut ini cakupan kegiatan literasi berdasarkan kompetensi dengan menyebutkan jenis bacaan dan sarana-prasarana (SaPras).
     
    Jenjang
     
    Menyimak
     
    Membaca
     
    Kegiatan
     
    Jenis Bacaan
    Sa-Pras
     
    SD awal
     
    menyimak cerita untuk menumbuhkan empati
    mengenali dan membuat inferensi, prediksi, terhadap gambarmembaca-kan buku cerita dengan nyaring, membaca dalam hatibuku cerita bergambar, buku tanpa teks, buku dengan teks sederhana, baik fiksi maupun nonfiksisudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah
    SD lanjutmenyimak (lebih lama) untuk memahami isi bacaanmemahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/teks lain, dll)membacakan buku cerita dengan nyaring, membaca dalam hatibuku cerita bergambar, buku bergambar kaya teks, buku novel pemula, baik dalam bentuk cetak/digital/visualsudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah
    SMPmenyimak untuk memahami makna implisit dari cerita/ pendapat penulismemahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/teks lain, dll)membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hatiNovel anak, artikel media, komik, semua jenis tulisan (narasi, ekspositori, argumentatif), dalam bentuk cetak/digital/ visualsudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah
    SM/SMKmenyimak cerita dan melakukan analisis kritis terhadap tujuan/pendapat penulismengembangkan pemahaman terhadap bacaan menurut tujuan penulisan, konteks, dan ideologi dalam penulisannyamembacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hatiSemua jenis teks cetak/visual/digital yang sesuai dengan peruntukan usiasudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah

    Buku untuk Anak dan Remaja

    Jenjang pendidikan dari SD hingga SMA/SMK mengklasifikasikan buku bacaan ke dalam dua jenis, yaitu buku anak dan buku remaja. Dalam hal ini, dapat diacu model klasifikasi buku seperti yang diterapkan di Amerika atau Eropa.
    Tingkatan Usia
    Jenis Buku
    Penyajian Konten (Bahasa)
    Batita (Toddler) 1–3 tahunBuku BergambarTanpa kata; satu kata
    Balita 3–5 tahun ke atasBuku BergambarSatu kata; satu kalimat
    6–7 tahunBuku Pembaca MulaSatu paragraf pendek; satu cerita utuh
    8–9 tahunBuku Bab/Pembaca Tingkat PeralihanSatu cerita/materi utuh yang terbagi atas bab-bab
    ≥9 tahunBuku Pembaca MenengahSatu cerita/materi utuh yang terbagi atas bab-bab
    ≥12 tahunBuku Pembaca ABGSatu cerita/materi utuh yang terbagi atas bab-bab

    Apakah standar klasifikasi dan tingkatan usia (leveling) tersebut dapat dipakai di Indonesia? Dalam pandangan saya dan pengalaman menulis serta menerbitkan buku anak, klasifikasi tersebut dapat dijadikan acuan. Namun, perlu disadari bahwa pengalaman membaca pada anak-anak di setiap wilayah atau daerah berbeda-beda bergantung pada ketersediaan bahan bacaan yang tepat dan juga budaya baca yang dibangun dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.
    Klasifikasi yang disajikan pada tabel mengacu pada masyarakat Amerika dan Eropa dengan tradisi perbukuan dan membaca yang kental di dalam kehidupan mereka. Karena itu, tampak klasifikasi yang detail dengan penjenisan buku yang beragam, bahkan terkadang antarjenis saling beririsan tingkat usianya.
    Buku-buku yang membahas khusus tentang buku anak di Indonesia sedikit sekali sehingga teori tentang klasifikasi dan tingkatan buku anak pun hampir tidak ditemukan. Pada edisi revisi buku Pedoman Penelitian Sastra Anak yang ditulis Sarumpaet (2010: 14–34) dijelaskan beberapa jenis buku (bacaan) anak, yaitu
    • buku Huruf/ABC;
    • buku berhitung;
    • buku tentang konsep;
    • buku tanpa kata;
    • bacaan untuk pemula;
    • buku bacaan bergambar;
    • kisah-kisah tradisional;
    • sajak;
    • fantasi;
    • cerita realistik;
    • biografi;
    • fiksi kesejarahan;
    • nonfiksi/buku informasi.
    Tampak jenis yang dikemukakan Sarumpaet memang mencampur antara genre dan jenis buku serta tidak menjelaskan tentang tingkatan usia untuk tiap jenis buku. Klasifikasi lain dijelaskan Bunanta (2004: 29) tentang ragam bacaan anak. Bunanta membagi berdasarkan genre fiksi dan nonfiksi.
    Fiksi
    • buku bacaan bergambar;
    • komik;
    • sastra tradisional;
    • fantasi modern;
    • fiksi realitas;
    • fiksi sejarah;
    Nonfiksi
    • buku informasi;
    • buku biografi.

    Jenis Buku dan Jenjang

    Mengacu pada jenjang yang disusun oleh Kemdikbud, saya mencoba mengajukan satu tabel jenjang dan jenis buku. Di sini kelompok buku anak dan remaja hanya menyasar pada jenjang SD awal, SD lanjut, dan SMP. Adapun SMA/SMK sudah tergolong sebagai pembaca dewasa yang tidak dapat disebutkan sebagai kelompok pembaca anak-remaja.
    Jenjang
    Jenis Buku
    Spesifikasi Acuan
    SD AwalBuku bergambar (picture book)Panjang atau ketebalan buku anak bergambar biasanya sampai 24 hingga 32 halaman, termasuk halaman pendahulu. Biasanya halaman pendahulu hanya terdiri atas halaman judul dan halaman imprint(keterangan hak cipta). Tidak lazim di dalam buku anak bergambar terdapat daftar isi, prakata, ataupun kata pengantar.
    Jumlah kata dalam buku bergambar antara 200 hingga 1.500 kata. Artinya, sebuah teks buku bergambar jika dituliskan di kertas A4 dengan spasi 1,5 hanya berkisar lima halaman. Akan tetapi, ada juga buku bergambar yang tidak memuat teks atau kata-kata sama sekali yang disebutwordless picture book.
    SD AwalBuku pembaca mula (early readers)Buku pembaca mula didesain secara khusus untuk anak-anak yang sedang belajar membaca. Bentuk buku ini sudah mulai memperkenalkan bentuk persegi panjang, tidak lagi bentuk kotak/bujursangkar (square) seperti buku bergambar. Ukuran yang biasa digunakan adalah ukuran A4.
    Meskipun tidak diklasifikasikan sebagai buku bergambar, buku pembaca mula juga memiliki ilustrasi. Fungsi ilustrasi sebagai petunjuk bagi pembaca dan juga menghibur. Jadi, tidak seperti buku bergambar yang menggunakan ilustrasi untuk membantu pembacanya menangkap jalan cerita.
    Buku pembaca mula memiliki variasi ketebalan yaitu antara 48 halaman hingga 64 halaman atau paling sederhana adalah 32 halaman. Jumlah kata umumnya 1.500 kata atau lebih.

    SD LanjutBuku bab (chapter book)Buku bab seperti halnya buku pembaca mula didesain untuk memberikan perasaan bertumbuh pada pembacanya. Jika bagian kovernya terlihat seperti buku pembaca mula, bagian perwajahan dalam buku tampak sedikit berbeda.
    Di dalam buku untuk pembaca mula masih terdapat ruang putih yang dominan, terutama spasi yang lebih besar, tetapi buku bab sudah menguranginya yaitu tampak pada pengurangan spasi antarbaris. Buku bab biasanya juga menggunakan beberapa ilustrasi, tetapi fungsinya hanya sebagai “pemanis” jalan cerita.
    Hal yang paling mencolok dalam buku bab sehingga dinamakan demikian adalah pemecahan cerita ke dalam beberapa bab kecil. Pembagian bab ini diperlukan karena banyaknya teks dan halaman daripada buku untuk pembaca mula. Dengan pengelompokan isi ke dalam beberapa bab, memberikan rasa menyenangkan kepada anak-anak karena mereka tidak ditekan untuk menyelesaikan pembacaan buku sekali duduk.
    Pembagian bab tersebut juga menempatkan buku bab sebagai bacaan peralihan menuju pembagian bab yang lebih panjang dan kompleks. Ketebalan buku bab secara normal adalah 48 sampai dengan 80 halaman dengan 1.000-1.500 kata.

    SD LanjutBuku pembaca menengah (middle grade readers)Buku pembaca menengah, khususnya novel, juga terbagi ke dalam bab-bab yang lebih panjang daripada buku bab, tetapi juga tidak terlalu panjang seperti halnya buku untuk pembaca ABG. Teks juga tidak terlalu padat, tetapi juga tidak banyak terdapat ruang putih.
    Biasanya juga terdapat ilustrasi pada setiap bab, tetapi tidak lebih dari satu ilustrasi tiap babnya. Buku pembaca menengah biasanya berketebalan 80 hingga 192 halaman. Jumlah kata antara 12.000 s.d. 30.000 kata.
    SMPBuku pembaca ABG (young-adult books)Buku untuk anak usia >12 tahun. Topik lebih beragam yaitu hal-hal yang menjadi ketertarikan remaja tanggung (ABG) dengan ketebalan di atas 160 halaman.
    SMABuku pembaca dewasaBuku untuk pembaca dewasa yang masih relevan, seperti novel, biografi/autobiografi, memoar, nonfiksi berbagai jenis. Ketebalan di atas 160 halaman.

    Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah terobosan mengingat lemahnya kompetensi generasi muda Indonesia dalam hal literasi. Karena itu, ketersediaan buku atau bahan bacaan yang relevan adalah sebuah kemutlakan. GLS lewat Permendikbud No. 23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti memaklumkan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Di sini juga perlu kejelian untuk memilihkan buku yang efektif mengayakan wawasan siswa selama 15 menit.
    Tidak harus satu buku habis dibaca dalam 15 menit karena siswa dapat melanjutkan membaca keesokan harinya. Intinya buku itu harus dapat memancing kebiasaan membaca yang menyenangkan. Kemdikbud perlu melakukan riset buku-buku yang disukai anak. Riset ini bisa melibatkan lembaga seperti Ikapi ataupun komunitas-komunitas literasi.
    TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA DI BLOG SDN 6 MENTENG